Tentang Kepala
Karya: Putu Abel Andreas (Kontributor)
Lembayung senja menatap curiga
Burung – burung berkelana pusing diantara mega
Itu masih burung dan bukan kepala
Bagaimana jika kepala hilang martabatnya?
Bisa bisa mahkota di taruh pantat lalu kepala menjadi sekeras batu.
Jika sekeras itu apakah mereka tidak punya malu?
Coba tanya pada urat yang mengurut kepalanya setiap hari
Apakah dia hanya sendiko dawuh saja pada kepala yang sedang bertengger?
Atau memang etika dia pakai untuk mengingatkan kepala itu ?
Tangan menjadi kehilangan kendali akibat kepala berubah menjadi kelapa
Menjabat tangan orang lain untuk kepentingan kenyang semata
Mulut bersenandung, dengan kata kata yang basi dan bau
Bahwa sopan santun harus dijaga
Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda
Sayang hanyalah slogan akan kemandegan pembangunan
Kepala dan handai taulannya hanya berpikir,
Bagaimana cara memperalat tanpa pernah menggandeng, bagian tubuh yang muda
Bahkan tenggorokan dan bawahan nya, asik bersekongkol
Bagaimana agar makanan yang kita telan selalu lezat dan mereka hanya mendapat sisanya?
Bahkan bagian tubuh lain kebingungan,
Mengenai tugas dan tanggungjawab yang dibebankan pada mereka
Bagaimana jika kepala hanya menjadi aksesoris saja?
Bukan untuk mengasah dan mengasuh
Jangan salah sangka,
Bisa saja kepala itu tidak ada guna nya, hanya menambah berat saja
Saking kosong isi kepalanya, tidak pernah untuk menimbang kebijakan
Membuat putusan yang masalahnya tak terputus-putus
Saking hilang martabatnya, dia melempar masalah kepada organ lain
Dan organ lain bersekongkol untuk saling melempar keresahan yang menghiasi sekitar kepala
Kepala pun menyuruh sesuatu yang membingungkan
Kadang dia meminta ke kiri lalu belok kanan
Minta soto yang dia maksud pecel dia meminta berpikir kritis,
Ternyata disuruh menebah dada dan meringis
Disuruh hadir dan taat, dia absen entah kemana
Semua bingung atas kelakukan sang kepala,
Apa kita ganti saja kepala itu dengan kepala baru?
Ufuk fajar membelah langit yang indah
Sepasang semut memadu kasih,
Menenangkan hati yang gundah.