Puisi: Tentang Kepala - LPM BHANU TIRTA

Wednesday, 11 September 2024

Puisi: Tentang Kepala


Tentang Kepala

Karya: Putu Abel Andreas (Kontributor)


Lembayung senja menatap curiga 

Burung – burung berkelana pusing diantara mega 

Itu masih burung dan bukan kepala 

Bagaimana jika kepala hilang martabatnya?

Bisa bisa mahkota di taruh pantat lalu kepala menjadi sekeras batu. 


Jika sekeras itu apakah mereka tidak punya malu? 

Coba tanya pada urat yang mengurut kepalanya setiap hari 

Apakah dia hanya sendiko dawuh saja pada kepala yang sedang bertengger?

Atau memang etika dia pakai untuk mengingatkan kepala itu ?


Tangan menjadi kehilangan kendali akibat kepala berubah menjadi kelapa 

Menjabat tangan orang lain untuk kepentingan kenyang semata 

Mulut bersenandung, dengan kata kata yang basi dan bau

Bahwa sopan santun harus dijaga

Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda 


Sayang hanyalah slogan akan kemandegan pembangunan 

Kepala dan handai taulannya hanya berpikir,

Bagaimana cara memperalat tanpa pernah menggandeng, bagian tubuh yang muda 

Bahkan tenggorokan dan bawahan nya, asik bersekongkol 


Bagaimana agar makanan yang kita telan selalu lezat dan mereka hanya mendapat sisanya?

Bahkan bagian tubuh lain kebingungan, 

Mengenai tugas dan tanggungjawab yang dibebankan pada mereka


Bagaimana jika kepala hanya menjadi aksesoris saja?

Bukan untuk mengasah dan mengasuh 

Jangan salah sangka, 

Bisa saja kepala itu tidak ada guna nya, hanya menambah berat saja 


Saking kosong isi kepalanya, tidak pernah untuk menimbang kebijakan

Membuat putusan yang masalahnya tak terputus-putus  

Saking hilang martabatnya, dia melempar masalah kepada organ lain

Dan organ lain bersekongkol untuk saling melempar keresahan yang menghiasi sekitar kepala


Kepala pun menyuruh sesuatu yang membingungkan 

Kadang dia meminta ke kiri lalu belok kanan 

Minta soto yang dia maksud pecel dia meminta berpikir kritis, 

Ternyata disuruh menebah dada dan meringis 


Disuruh hadir dan taat, dia absen entah kemana

Semua bingung atas kelakukan sang kepala, 

Apa kita ganti saja kepala itu dengan kepala baru? 

 

Ufuk fajar membelah langit yang indah 

Sepasang semut memadu kasih, 

Menenangkan hati yang gundah.


Comments


EmoticonEmoticon