(Foto: Pinterest)
Berbaris kami berteriak,
Lantang kan ketidakadilan saat kebijakan gerogoti kemanusiaan
Kepada mereka yang bejat, kacung rakyat minus akal sehat
Berlagak pongah, tertawa rendah
Meluluhlantak dalam nyata realitas penuh kontra
Wahai sekalian kacung-kacung rakyat,
Yang keluhan nasib bak paling menderita
Sedang nyatanya bergembira dalam kubangan kemilau harta
Wahai sekalian kacung-kacung rakyat,
Saling tunjuk juga omon-omon belaka
Menutup telinga, saat rakyat mati-matian mencari upah sesuap nasi
Sibuk klarifikasi, berpakaian necis juga wangi
Tatkala sinar kamera mengerubungi sana-sini
Wahai sekalian kacung-kacung rakyat,
Tak ubahnya begitu kosong
Peras yang lemah, tiada tergerak menolong
Padahal kau jongos yang harus berbakti, tak pergi melengos
Menjerit kami banjirkan syair,
Menyumpah serapah tiada henti
Menyaksikan yang berkecukupan penuh materi
Adalah sekalian yang mengemis suara
Janjikan manis, rupa bansos dan dana
Gelap kan mata bias kan dosa, sedemikian rupa
Sampai putus urat malunya, kepada Tuhannya
Kami sipil yang dibungkam,
Dilakban keras dengan kesewenang-wenangan
Diringkus, dijegal,
Di seruduk penuh gas yang sesakkan mata
Kepada kita semua,
Yang sekali lagi katanya, jelata
Kita adalah yang seharusnya,
Yang berhak wartakan apapun bentuk suara
Bersama serentak manifestasi "merdeka"
Agar tak asing dan jadi legenda
Barangkali yang terdahulu dapat hidup sekali lagi,
Niscaya terkejut dan menangis sejadi- jadi.
Author: Shafira Rahmadania Efendi
Editor: Nanda Saniaroh