Oleh : Aris Fadilah
Yang tercipta dari tulang rusuk,
Menyayat hati yang kian tertusuk,
Benih-benih cinta yang telah tertumbuk,
Sang pelipur yang telah di takluk.
Jangan pernah pergi,
Wahai sang pelipur hati,
Karna kaulah mentari,
Membuatku selalu menari.
Pelipur hati yang mempesona,
Indah bak seperti aurora,
Warna-warna kian merona,
Wangi bak seperti bunga.
Baca juga : Hanya ditemani Hening Malam dan Rembulan
Rasa yang begitu perih,
Menggores luka yang telah bersih,
Hati yang kian tertatih,
Memberi kasih tanpa pamrih.
Ku ingin kau tetap bersama,
Ku ingin kau selalu ada,
Karna hati ini takkan pernah bisa,
Menjadi pelipur setiap lara.
Baca Juga : Tak Semua Orang Baik itu Taat
Suka duka yang telah dilalui,
Bayang-bayang yang selalu menghantui,
Kupu-kupu malam yang selalu ditemui,
Menyertai setiap jalan yang telah direstui.
Andai aku bisa terbang,
Akan ku bawa kau melayang,
Sambil berbincang-bincang,
Bersama bintang-bintang.
Wahai sang pelipur hati,
Bisakah kau menikmati,
Indahnya purnama yang kian menanti,
Akan sebuah rindu yang kian berarti.
Sang pelipur hati yang selalu terpana,
Akan keindahan yang tiada Tara,
Menciptakan sebuah rasa yang sama,
Memberikan kesan yang sempurna.
Rindu yang datang dengan perasaan,
Menghiasi sejuta kenangan,
Andai aku punya keajaiban,
Akan ku bawa kau ke atas kayangan.
Author : Aris Fadilah
Editor : M. Khamdan Yuwafi