Ceria Tragis Bahagia
Oleh : Zainal Arifin
Nikmat terasa manis
Walau melewati sejuta tangis
Mentari mulai membenamkan dirinya
Langit menguning indah merona
Namun bola masih berputar diantara canda tawa
Gol...
Canda tawa bocah desa, bukan uang untuk bahagia
Cukup bola dan alam yang dianugerahkan sang pencipta
Sederhana namun bahagia
Tak terasa revolusi bumi membawaku melewati tahun-tahun kehidupan
Ini bukan drama Korea atau bahkan Mahabarata
Hanya secuil kisah tentang harapan yang belum ada kepastian
Sudahlah...
Ketika rasa mulai menguasai pikiran
Terkadang indah namun kadang penuh lara
Akhirnya cinta, dan citapun masih dalam angan
Hari demi hari berganti
Tak terasa beberapa tahun telah kulewati
Namun masalah bertambah bertubi-tubi
Terasa kepala ini dipukul tak henti-henti
Dunia memang tempatnya perkara
Sudah sewajarnya otakmu dipenuhi sisi duka
Kehilangan, diejek, dipermalukan, gagal dan kecewa
Itu sudah sewajarnya
Saat wajah menghadap ke depan
Memandang setiap langkah orang berjalan
Arahnya tak ada yang sejalan
Ada yang berlari, melompat ke kiri dan ada yang ke kanan
Terus aku kemana?
Kesana, mengikuti jejak kakek tua renta yang katanya bijaksana?
Apa kesana, mengikuti segerombolan pemuda yang pasti ada ceweknya?
Tidur saja..
Hei! Pemuda macam apa..
Pemuda lemah..
Pemuda manja..
Pemuda anak mama..
Mimpi..
Ku bermimpi diolok-olok diriku sendiri
Namun benar kenyataan ini
Selama ini ku terlena
Oleh angan yang tidak berguna
Jauh...
Kata yang terucap dalam lisan
Menatap garis akhir suatu perjuangan
Yang terlihat lurus, namun banyak godaan
Sadar...
Coba kau pandang
Lihatlah ke belakang
Kau masih satu langkah dari awal perpijakan
Namun pemuda...
Jangan sampai kau putus harapan
Hanya karena duri bunga yang terlihat menawan
Namun menyakitkan
Ingat...
Ujung mungkin masih jauh
Namun waktu tak pernah berlabuh
Dan hati jangan banyak mengeluh
Gencar, gapailah bintang setinggi-tingginya
Sungguhkan dirimu tuk meraih cita
Sampai kau tersenyum telah melewati ribuan lara
Dan sampai kau menemukan hakikat bahagia
Editor: Anisa Dewi