Cawan Ilusi
Oleh : Halimatus Sa’diyah
Di purnama ke sebelas, kau sodorkan cawan emas berdaun talas
Penuh terisi oleh air manis yang panas
Kutiup dengan pandangan yang buram meremang
Kuhirup untuk nafas yang lebih tenang
“Tapi, bukankah itu terlalu egois?”, katamu sedikit ambigu
“Di mana letak kepalsuan itu?”, suara lain menimpali
Emosiku kian tak terkendali
Aku memang menanti, tapi bagimu itu tiada arti
Air dalam cawan ilusimu, terlihat dangkal setelah kusesapi
Setelahnya, sepanjang malam terasa hambar tanpa cahaya berpendar
Seperti irama tanpa nada, sumbang merusak telinga
Namun, aku harus tetap mendengar fakta palsu
Sembari menyaksikan dengan mata yang berwarna ungu
Ilusi manis dari cawanmu
Berkilau indah seperti topeng mu
Membuat logika ku enggan mengakui kenyataan
Membuat ego ku kembali menyaksikan kepalsuan
Kini, yang tersisa hanyalah serpihan-serpihan tanpa tuan
Ilusi manis di cawan emasmu itu, telah membekas retak yang tak termaafkan
Editor: Anisa Dewi